Veti Safitri Pohontu
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Prodi PPKn
Universitas Negeri Gorontalo
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Prodi PPKn
Universitas Negeri Gorontalo
Pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 akan menjadi babak baru yang
sangat bersejarah dalam perpolitikan Indonesia. Saat ini, masyarakat dan
politisi di seluruh negeri ini dengan cermat memantau dan menganalisis setiap
strategi yang diambil oleh partai politik utamanya, dalam menentukan calon
presiden mereka. Saat ini, fokus utama jatuh pada tiga partai politik besar
yaitu Nasdem, PDIP, dan Gerindra yang mengeluarkan manuver strategi mereka
dalam perhelatan pilpres yang
akan datang. Nugroho, (2011) berpendapat bahwa strategi partai politik
merupakan sesuatu yang memfokuskan pada upaya
untuk memobilisasi dukungan elektoral dari basis pemilih mereka. Partai politik
berusaha untuk mengidentifikasi, menjangkau, dan memotivasi kelompok pemilih
potensial untuk memberikan suara bagi mereka. Strategi mobilisasi elektoral
melibatkan kampanye politik yang intensif, penggunaan pesan-pesan yang tepat,
dan strategi komunikasi yang efektif.
Saat ini, suasana politik Pilpres 2024 semakin memanas seiring dengan
munculnya hasil survei terbaru yang menunjukkan persaingan ketat antara tiga
kandidat potensial. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga Poltracking Indonesia, hasilnya
mengejutkan. Prabowo, dengan dukungan
sebesar 33%, berhasil memimpin dalam perolehan suara sementara. Namun, jaraknya
dengan kandidat berikutnya tidak terlalu jauh. Ganjar, tokoh yang memiliki
popularitas yang tinggi, tak kalah mengesankan dengan perolehan suaranya yang
mencapai 31,1%. Dukungan yang luas dari berbagai kalangan membuatnya menjadi pesaing
serius dalam pertarungan politik ini. Meskipun masih di belakang Prabowo, perbedaan suara yang tipis memberikan harapan
kepada tim kampanye Ganjar untuk terus berjuang dan memperoleh dukungan yang
lebih besar. Namun disisi lain, Anies tidak dapat diabaikan begitu saja.
Meskipun berada di posisi ketiga dalam survei tersebut, Anies berhasil meraih
perolehan suara yang signifikan sebesar 22,4%. Sebagai seorang Gubernur DKI
Jakarta yang karismatik, Anies memiliki daya tarik yang besar di kalangan
masyarakat. Dukungan yang solid dari basis massa dan pengalaman kepemimpinannya
di ibu kota membuatnya menjadi calon yang patut diperhitungkan dalam
pertarungan politik ini. (Azahra, 2023).
Dengan perbedaan suara yang cukup ketat antara ketiga kandidat, Pilpres
2024 menjadi pertempuran politik yang menarik. Persaingan ketat antara
Prabowo, Ganjar, dan Anies menghadirkan
dinamika politik yang menegangkan. Setiap calon akan berlomba-lomba menerapkan
strategi terbaik untuk meningkatkan popularitas dan memenangkan hati pemilih.
Namun, hasil survei ini hanya merupakan gambaran sementara dan masih banyak
variabel politik yang dapat berubah di masa depan. Dalam politik, segalanya
bisa terjadi dan popularitas seseorang dapat berubah dengan cepat. Pertarungan
politik yang sebenarnya akan dimulai ketika kampanye resmi dimulai dan setiap
calon berhadapan langsung dengan masyarakat. hingga pada akhirnya, Rakyat pun
akan menjadi penentu akhir dalam Pilpres 2024. Mereka akan menentukan siapa
yang layak memimpin bangsa ke depan. Dalam atmosfer politik yang penuh dengan
tantangan dan dinamika ini, kandidat dan partai politik harus mampu
menghadirkan visi yang jelas, membangun komunikasi yang efektif, serta
menjalankan strategi yang mampu memenangkan hati rakyat.
Bicara maneuver strategi partai
politik . Pertama Nasdem Sebagai
salah satu partai politik yang memainkan peran penting dalam Pilpres yang akan
datang dan telah menjadi sorotan sejak awal. Berbagai macam spekulasi muncul
tentang pilihan mereka untuk calon presiden. Beberapa meragukan kemampuan
Nasdem untuk membuat keputusan yang tegas. Namun, dengan kejutan yang tak
terduga, Nasdem segera mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden
mereka. Keputusan ini mengguncang politik nasional dan memperkuat posisi Nasdem
sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam pertempuran Pilpres. Partai
ini berfokus pada membangun citra positif bagi calon-calon mereka melalui
kegiatan sosial dan pemaparan visi-misi yang kuat. Nasdem juga selalu meningkatkan strategi komunikasi politik mereka
dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai sarana penyampaian pesan
politik kepada masyarakat yang merujuk pada politik identitas. Selain itu,
strategi pendekatan basis massa juga menjadi strategi penting yang dilakukan
oleh Nasdem dalam menghadapi Pilpres 2024.
Kedua, PDIP, partai politik dengan basis massa yang kuat, juga menjadi pusat
perhatian dalam perjalanan menuju Pilpres 2024. Awalnya, asumsi yang berkembang
di kalangan politisi adalah bahwa Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri,
akan menjadi calon presiden PDIP. Namun, dengan kejutan yang tak terduga, PDIP
memilih untuk mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden mereka.
Keputusan ini menunjukkan bahwa PDIP ingin memberikan kejutan kepada
lawan-lawan politik mereka dan mungkin juga mencari cara baru untuk memperluas
basis pemilih mereka.
Tidak kalah menariknya, Gerindra juga menjadi perbincangan hangat dalam
perjalanan menuju Pilpres 2024. Partai yang sebelumnya diperkirakan akan
bergabung dengan PDIP akhirnya mengeluarkan keputusan mengejutkan dengan
mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden mereka. Keputusan ini
mencerminkan dinamika politik yang terus berubah dan strategi yang berani dari
Gerindra. Dengan langkah ini, partai tersebut ingin membangun momentum dan
menunjukkan komitmen mereka terhadap Prabowo sebagai pemimpin yang diandalkan
untuk masa depan Indonesia.
Secara normatif, strategi yang dimainkan oleh partai politik diatas tidak
ada yang salah selama mengikuti prosedural yang dibenarkan dalam ketentuan
undang-undang pemilu. Berkenaan dengan hal tersebut, Firmanzah, (2012) dikutip
dari Hamim at.,al (2022) bahwa yang dimaksud dengan strategi adalah suatu usaha
yang dilakukan untuk mempengaruhi basis masa
agar ikut tertarik memilih dari apa yang ditawarkan partai politik. Karena itu,
strategi dalam partai politik mencakup beberapa indikator sebagai berikut:
Dalam konteks yang dikutip dari Firmanzah (2012) dan dikutip kembali oleh Hamim
et al. (2022), strategi dalam partai politik dalam menghadapi pemilu terbagi atas beberapa elemen yakni; (1) Strategi
sosialisasi bakal calon. (2) Strategi komunikasi politik. (3) Strategi
pendekatan basis massa. (4) Strategi penguatan atau komitmen antara calon dan
masyarakat pemilih.
Korelasi pendapat hamim dkk tersebut, dalam adu strategi yang dilakukan
oleh partai politik Nasdem, PDIP, dan Gerindra sebetulnya telah memperlihatkan
ketegasan dan komitmen yang tinggi dalam upaya merebut kekuasaan politik di
Indonesia. Setiap partai memiliki pendekatan dan strategi unik yang dirancang
secara cermat untuk mencapai tujuan politik mereka yang beragam. Partai Nasdem,
sebagai partai politik yang relatif baru, memiliki ambisi tinggi untuk
memperkuat posisinya dan memperoleh kekuasaan melalui Pilpres 2024. Dalam
upayanya mencapai tujuan tersebut, Nasdem memfokuskan strateginya pada
sosialisasi Anies Baswedan sebagai calon presiden yang potensial. Anies
Baswedan, sebagai Gubernur DKI Jakarta yang populer, memiliki daya tarik yang
kuat di kalangan masyarakat. Nasdem berupaya memperkenalkan Anies Baswedan
secara nasional, membangun citra positifnya, dan meningkatkan popularitasnya
melalui berbagai kampanye sosialisasi yang intensif. Dengan cara ini, Nasdem
berharap dapat memperoleh dukungan yang luas dari masyarakat dalam Pilpres 2024.
Di sisi lain, PDIP, sebagai salah satu partai politik yang telah lama
berkecimpung dalam politik Indonesia, telah memperlihatkan kekuatan dan
pengaruhnya dalam berbagai pemilihan sebelumnya. PDIP memiliki basis massa yang
kuat dan struktur partai yang solid, menjadi salah satu kekuatan politik yang
signifikan di Indonesia. Dalam persiapan menghadapi Pilpres 2024, PDIP
mengandalkan strategi yang berfokus pada basis massa dan komunikasi politik
yang efektif. Partai ini berusaha membangun hubungan yang kuat dengan basis
massa mereka, memperkenalkan calon mereka dengan cara yang lebih baik, dan
menyampaikan pesan politik yang jelas kepada masyarakat. Dengan mengandalkan
dukungan kuat dari basis massa dan strategi komunikasi politik yang efektif,
PDIP berupaya memenangkan hati pemilih dan meraih kemenangan dalam Pilpres
2024.
Sementara itu, Gerindra, partai politik yang telah memiliki pengalaman
dalam Pilpres sebelumnya, berusaha mempertahankan dan meningkatkan posisinya
sebagai kekuatan politik yang signifikan. Gerindra memiliki calon potensial
yang telah dikenal oleh masyarakat, namun partai ini berfokus pada upaya untuk
mengenalkan calon mereka secara lebih baik lagi. Gerindra akan melaksanakan
kampanye yang masif dan memanfaatkan strategi komunikasi politik yang efektif
untuk memperoleh dukungan masyarakat yang lebih luas. Dengan mengandalkan citra
dan program calon mereka, Gerindra berharap dapat mengubah dukungan menjadi
suara yang konkret dalam Pilpres 2024.
Dalam persaingan politik yang semakin intens, strategi politik yang
diterapkan oleh partai-partai politik seringkali memunculkan keraguan dan perlu
dipertanyakan. Asumsi "De Omnibus Dubitandum" atau "Segala
sesuatu memang harus diragukan" yang diungkapkan oleh Rene Descartes menyoroti
pentingnya berpikir kritis dan tidak terjebak dalam kesimpulan yang terlalu
mudah. konteks strategi politik yang dilakukan oleh Nasdem, PDIP, dan Gerindra,
kita dapat menemukan dinamika yang menarik. Setiap partai memiliki pendekatan
yang berbeda dalam upaya mendapatkan posisi terbaik dan memenangkan Pilpres.
Beberapa partai mungkin mengambil jalan pendekatan politik identitas, di mana
mereka menonjolkan atribut atau identitas tertentu dalam upaya mendapatkan
dukungan dari kelompok tertentu dalam masyarakat. Di sisi lain, ada juga partai
yang menggunakan pendekatan politik praktis, dengan fokus pada program
kebijakan dan solusi konkret untuk masalah yang dihadapi masyarakat.
Namun, perlu diingat bahwa dalam permainan politik ini, terkadang ada
partai politik yang menghalalkan berbagai macam cara untuk meraih kemenangan.
Hal ini menimbulkan keraguan dan perlu dipertanyakan. Penting bagi kita sebagai
pemilih dan warga negara untuk tetap waspada, mempertanyakan motivasi dan
integritas partai-partai politik, serta melihat lebih dalam dari sekadar
strategi mereka. Oleh kita perlu melihat bukti nyata dari program kebijakan
yang diusung oleh masing-masing partai politik. Evaluasi secara kritis terhadap
rencana dan visi mereka sangat penting dalam menentukan pilihan politik kita. Kita
harus memastikan bahwa partai politik yang kita dukung memiliki komitmen yang
kuat terhadap kepentingan publik, integritas yang tinggi, dan mampu memberikan
solusi yang berkelanjutan bagi negara dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA:
Hamim, U., Mahmud, R., & Hamid, S. (2022). Strategi Kemenangan Pdip
Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Gorontalo Utara Pada Pemilihan Umum 2019.
Jambura Journal Civic Education, 2(2), 165-173.
Nugroho, K. (2011). Ikhtiar Teoritik Mengkaji Peran Partai Dalam
Mobilisasi Politik Elektoral. Departemen Politik. Universitas Airlangga, 24(3),
202-214.
Tiara
Aliya Azzahra, (2023). "Survei Capres Poltracking”
Https://News.Detik.Com/Berita/D-6694543/Survei-Capres-Poltracking-Prabowo-33-Ganjar-311-Anies-224.
No comments:
Post a Comment