Thursday 18 May 2023

Adu Strategi: Nasdem, PDIP dan Gerindra Menjelang Pilpres 2024

 

Veti Safitri Pohontu
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Prodi PPKn
Universitas Negeri Gorontalo

Pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 akan menjadi babak baru yang sangat bersejarah dalam perpolitikan Indonesia. Saat ini, masyarakat dan politisi di seluruh negeri ini dengan cermat memantau dan menganalisis setiap strategi yang diambil oleh partai politik utamanya, dalam menentukan calon presiden mereka. Saat ini, fokus utama jatuh pada tiga partai politik besar yaitu Nasdem, PDIP, dan Gerindra yang mengeluarkan manuver strategi mereka dalam perhelatan pilpres yang akan datang. Nugroho, (2011) berpendapat bahwa strategi partai politik merupakan sesuatu yang memfokuskan pada upaya untuk memobilisasi dukungan elektoral dari basis pemilih mereka. Partai politik berusaha untuk mengidentifikasi, menjangkau, dan memotivasi kelompok pemilih potensial untuk memberikan suara bagi mereka. Strategi mobilisasi elektoral melibatkan kampanye politik yang intensif, penggunaan pesan-pesan yang tepat, dan strategi komunikasi yang efektif.

Saat ini, suasana politik Pilpres 2024 semakin memanas seiring dengan munculnya hasil survei terbaru yang menunjukkan persaingan ketat antara tiga kandidat potensial. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga Poltracking Indonesia, hasilnya mengejutkan. Prabowo, dengan dukungan sebesar 33%, berhasil memimpin dalam perolehan suara sementara. Namun, jaraknya dengan kandidat berikutnya tidak terlalu jauh. Ganjar, tokoh yang memiliki popularitas yang tinggi, tak kalah mengesankan dengan perolehan suaranya yang mencapai 31,1%. Dukungan yang luas dari berbagai kalangan membuatnya menjadi pesaing serius dalam pertarungan politik ini. Meskipun masih di belakang Prabowo,  perbedaan suara yang tipis memberikan harapan kepada tim kampanye Ganjar untuk terus berjuang dan memperoleh dukungan yang lebih besar. Namun disisi lain, Anies tidak dapat diabaikan begitu saja. Meskipun berada di posisi ketiga dalam survei tersebut, Anies berhasil meraih perolehan suara yang signifikan sebesar 22,4%. Sebagai seorang Gubernur DKI Jakarta yang karismatik, Anies memiliki daya tarik yang besar di kalangan masyarakat. Dukungan yang solid dari basis massa dan pengalaman kepemimpinannya di ibu kota membuatnya menjadi calon yang patut diperhitungkan dalam pertarungan politik ini. (Azahra, 2023).

Dengan perbedaan suara yang cukup ketat antara ketiga kandidat, Pilpres 2024 menjadi pertempuran politik yang menarik. Persaingan ketat antara Prabowo,  Ganjar, dan Anies menghadirkan dinamika politik yang menegangkan. Setiap calon akan berlomba-lomba menerapkan strategi terbaik untuk meningkatkan popularitas dan memenangkan hati pemilih. Namun, hasil survei ini hanya merupakan gambaran sementara dan masih banyak variabel politik yang dapat berubah di masa depan. Dalam politik, segalanya bisa terjadi dan popularitas seseorang dapat berubah dengan cepat. Pertarungan politik yang sebenarnya akan dimulai ketika kampanye resmi dimulai dan setiap calon berhadapan langsung dengan masyarakat. hingga pada akhirnya, Rakyat pun akan menjadi penentu akhir dalam Pilpres 2024. Mereka akan menentukan siapa yang layak memimpin bangsa ke depan. Dalam atmosfer politik yang penuh dengan tantangan dan dinamika ini, kandidat dan partai politik harus mampu menghadirkan visi yang jelas, membangun komunikasi yang efektif, serta menjalankan strategi yang mampu memenangkan hati rakyat.

Bicara maneuver strategi partai politik . Pertama Nasdem Sebagai salah satu partai politik yang memainkan peran penting dalam Pilpres yang akan datang dan telah menjadi sorotan sejak awal. Berbagai macam spekulasi muncul tentang pilihan mereka untuk calon presiden. Beberapa meragukan kemampuan Nasdem untuk membuat keputusan yang tegas. Namun, dengan kejutan yang tak terduga, Nasdem segera mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden mereka. Keputusan ini mengguncang politik nasional dan memperkuat posisi Nasdem sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam pertempuran Pilpres. Partai ini berfokus pada membangun citra positif bagi calon-calon mereka melalui kegiatan sosial dan pemaparan visi-misi yang kuat. Nasdem juga selalu  meningkatkan strategi komunikasi politik mereka dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai sarana penyampaian pesan politik kepada masyarakat yang merujuk pada politik identitas. Selain itu, strategi pendekatan basis massa juga menjadi strategi penting yang dilakukan oleh Nasdem dalam menghadapi Pilpres 2024.

Kedua, PDIP, partai politik dengan basis massa yang kuat, juga menjadi pusat perhatian dalam perjalanan menuju Pilpres 2024. Awalnya, asumsi yang berkembang di kalangan politisi adalah bahwa Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri, akan menjadi calon presiden PDIP. Namun, dengan kejutan yang tak terduga, PDIP memilih untuk mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden mereka. Keputusan ini menunjukkan bahwa PDIP ingin memberikan kejutan kepada lawan-lawan politik mereka dan mungkin juga mencari cara baru untuk memperluas basis pemilih mereka.

Tidak kalah menariknya, Gerindra juga menjadi perbincangan hangat dalam perjalanan menuju Pilpres 2024. Partai yang sebelumnya diperkirakan akan bergabung dengan PDIP akhirnya mengeluarkan keputusan mengejutkan dengan mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden mereka. Keputusan ini mencerminkan dinamika politik yang terus berubah dan strategi yang berani dari Gerindra. Dengan langkah ini, partai tersebut ingin membangun momentum dan menunjukkan komitmen mereka terhadap Prabowo sebagai pemimpin yang diandalkan untuk masa depan Indonesia.

Secara normatif, strategi yang dimainkan oleh partai politik diatas tidak ada yang salah selama mengikuti prosedural yang dibenarkan dalam ketentuan undang-undang pemilu. Berkenaan dengan hal tersebut, Firmanzah, (2012) dikutip dari Hamim at.,al (2022) bahwa yang dimaksud dengan strategi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi basis masa agar ikut tertarik memilih dari apa yang ditawarkan partai politik. Karena itu, strategi dalam partai politik mencakup beberapa indikator sebagai berikut: Dalam konteks yang dikutip dari Firmanzah (2012) dan dikutip kembali oleh Hamim et al. (2022), strategi dalam partai politik dalam menghadapi pemilu terbagi atas beberapa elemen yakni; (1) Strategi sosialisasi bakal calon. (2) Strategi komunikasi politik. (3) Strategi pendekatan basis massa. (4) Strategi penguatan atau komitmen antara calon dan masyarakat pemilih.

Korelasi pendapat hamim dkk tersebut, dalam adu strategi yang dilakukan oleh partai politik Nasdem, PDIP, dan Gerindra sebetulnya telah memperlihatkan ketegasan dan komitmen yang tinggi dalam upaya merebut kekuasaan politik di Indonesia. Setiap partai memiliki pendekatan dan strategi unik yang dirancang secara cermat untuk mencapai tujuan politik mereka yang beragam. Partai Nasdem, sebagai partai politik yang relatif baru, memiliki ambisi tinggi untuk memperkuat posisinya dan memperoleh kekuasaan melalui Pilpres 2024. Dalam upayanya mencapai tujuan tersebut, Nasdem memfokuskan strateginya pada sosialisasi Anies Baswedan sebagai calon presiden yang potensial. Anies Baswedan, sebagai Gubernur DKI Jakarta yang populer, memiliki daya tarik yang kuat di kalangan masyarakat. Nasdem berupaya memperkenalkan Anies Baswedan secara nasional, membangun citra positifnya, dan meningkatkan popularitasnya melalui berbagai kampanye sosialisasi yang intensif. Dengan cara ini, Nasdem berharap dapat memperoleh dukungan yang luas dari masyarakat dalam Pilpres 2024.

Di sisi lain, PDIP, sebagai salah satu partai politik yang telah lama berkecimpung dalam politik Indonesia, telah memperlihatkan kekuatan dan pengaruhnya dalam berbagai pemilihan sebelumnya. PDIP memiliki basis massa yang kuat dan struktur partai yang solid, menjadi salah satu kekuatan politik yang signifikan di Indonesia. Dalam persiapan menghadapi Pilpres 2024, PDIP mengandalkan strategi yang berfokus pada basis massa dan komunikasi politik yang efektif. Partai ini berusaha membangun hubungan yang kuat dengan basis massa mereka, memperkenalkan calon mereka dengan cara yang lebih baik, dan menyampaikan pesan politik yang jelas kepada masyarakat. Dengan mengandalkan dukungan kuat dari basis massa dan strategi komunikasi politik yang efektif, PDIP berupaya memenangkan hati pemilih dan meraih kemenangan dalam Pilpres 2024.

Sementara itu, Gerindra, partai politik yang telah memiliki pengalaman dalam Pilpres sebelumnya, berusaha mempertahankan dan meningkatkan posisinya sebagai kekuatan politik yang signifikan. Gerindra memiliki calon potensial yang telah dikenal oleh masyarakat, namun partai ini berfokus pada upaya untuk mengenalkan calon mereka secara lebih baik lagi. Gerindra akan melaksanakan kampanye yang masif dan memanfaatkan strategi komunikasi politik yang efektif untuk memperoleh dukungan masyarakat yang lebih luas. Dengan mengandalkan citra dan program calon mereka, Gerindra berharap dapat mengubah dukungan menjadi suara yang konkret dalam Pilpres 2024.

Dalam persaingan politik yang semakin intens, strategi politik yang diterapkan oleh partai-partai politik seringkali memunculkan keraguan dan perlu dipertanyakan. Asumsi "De Omnibus Dubitandum" atau "Segala sesuatu memang harus diragukan" yang diungkapkan oleh Rene Descartes menyoroti pentingnya berpikir kritis dan tidak terjebak dalam kesimpulan yang terlalu mudah. konteks strategi politik yang dilakukan oleh Nasdem, PDIP, dan Gerindra, kita dapat menemukan dinamika yang menarik. Setiap partai memiliki pendekatan yang berbeda dalam upaya mendapatkan posisi terbaik dan memenangkan Pilpres. Beberapa partai mungkin mengambil jalan pendekatan politik identitas, di mana mereka menonjolkan atribut atau identitas tertentu dalam upaya mendapatkan dukungan dari kelompok tertentu dalam masyarakat. Di sisi lain, ada juga partai yang menggunakan pendekatan politik praktis, dengan fokus pada program kebijakan dan solusi konkret untuk masalah yang dihadapi masyarakat.

Namun, perlu diingat bahwa dalam permainan politik ini, terkadang ada partai politik yang menghalalkan berbagai macam cara untuk meraih kemenangan. Hal ini menimbulkan keraguan dan perlu dipertanyakan. Penting bagi kita sebagai pemilih dan warga negara untuk tetap waspada, mempertanyakan motivasi dan integritas partai-partai politik, serta melihat lebih dalam dari sekadar strategi mereka. Oleh kita perlu melihat bukti nyata dari program kebijakan yang diusung oleh masing-masing partai politik. Evaluasi secara kritis terhadap rencana dan visi mereka sangat penting dalam menentukan pilihan politik kita. Kita harus memastikan bahwa partai politik yang kita dukung memiliki komitmen yang kuat terhadap kepentingan publik, integritas yang tinggi, dan mampu memberikan solusi yang berkelanjutan bagi negara dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA:

Hamim, U., Mahmud, R., & Hamid, S. (2022). Strategi Kemenangan Pdip Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Gorontalo Utara Pada Pemilihan Umum 2019. Jambura Journal Civic Education, 2(2), 165-173.

Nugroho, K. (2011). Ikhtiar Teoritik Mengkaji Peran Partai Dalam Mobilisasi Politik Elektoral. Departemen Politik. Universitas Airlangga, 24(3), 202-214.

Tiara Aliya Azzahra, (2023). "Survei Capres Poltracking” Https://News.Detik.Com/Berita/D-6694543/Survei-Capres-Poltracking-Prabowo-33-Ganjar-311-Anies-224.


No comments: