Saturday 20 May 2023

Melacak Jejak: Orientasi Pemilih Pemula Terhadap Partai Politik Menuju Pemilu 2024

Haikal Dahiba
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Prodi PPKn
Universitas Negeri Gorontalo

Tak terasa pelaksanaan pemilihan umum tahun 2024 tinggal menghitung bulan. Para akademisi, politisi bahkan masyarakat biasa sedang menyaksikan gejolak pertarungan kekuasaan yang begitu dahsyat. Pembenaran kesaksian ini bukan tanpa alasan. Semakin berkembangnya zaman semua informasi mengalir lebih cepat bahkan tak bisa dibendung lagi. Namun, muncul pertanyaan yang mendasar bagi kita semua. Apakah mereka para kader partai politik bisa menarik simpati bagi para pemilih pemula yang akan pertama kali menggunakan hak suaranya dalam pemilu tahun 2024 yang akan datang? Tentu ini masih menjadi multitafsir dan menuai perdebatan dalam diskusi-diskusi publik saat ini. Salah satu hal yang menarik isu yang perlu untuk disoroti saat ini adalah pengaruh pemilih pemula terhadap partai politik. Pemilih pemula, yang merupakan kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak suara mereka dalam pemilihan umum, memiliki potensi besar dalam membentuk arah politik masa depan. Namun, dalam melacak jejak pemilih pemula terhadap partai politik menjelang Pemilihan Umum 2024, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diungkap dan dipahami.

Hitungan kontribusi besar pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilu 2024 tak bisa dielakan lagi. hasil survei dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), terdapat temuan yang menarik terkait pemilu mendatang, yaitu Pemilu 2024. Dzulfaroh, (2022). Survei tersebut mengindikasikan bahwa pemilih muda akan menjadi kekuatan dominan dalam pemilihan tersebut. Pemilih muda dalam survei ini didefinisikan sebagai warga berusia antara 17 hingga 39 tahun. Survei tersebut menyajikan prediksi bahwa proporsi pemilih muda pada Pemilu 2024 akan mencapai angka yang cukup signifikan, yakni mendekati 60 persen atau sekitar 190 juta warga. Hal ini menandakan bahwa pemilih muda akan memiliki pengaruh besar dalam menentukan hasil dan arah politik di masa depan. Jika prediksi ini akurat, maka angka sebesar 190 juta pemilih muda akan menjadi kekuatan yang tak bisa diabaikan oleh para kandidat dan partai politik yang bertarung dalam Pemilu 2024. Dengan proporsi sebesar ini, penting bagi para calon pemimpin dan partai politik untuk mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan pemilih muda dalam merancang platform dan agenda politik mereka.

Meskipun kontribusi hak suara pemilih pemula dapat mendongkrak perolehan suara bagi para kader partai politik yang akan bertarung pada pemilu tahun 2024 banyak tantangan yang akan terjadi. Tantangan tersebut tercermin dari beberapa masalah diantaranya tingkat apatis dan ketidakpercayaan terhadap partai politik. Pemilih pemula sering merasa jauh dari dunia politik, meragukan integritas partai-partai yang ada, atau bahkan merasa bahwa partai politik tidak lagi mewakili aspirasi dan kebutuhan mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka kurang tertarik untuk terlibat dalam proses pemilihan umum dan memilih abstain sebagai bentuk protes terhadap sistem politik yang mereka anggap tidak efektif. Oleh karena itu, partai politik perlu mengatasi masalah ini dengan serius dan menciptakan lingkungan yang dapat membangkitkan antusiasme dan kepercayaan pemilih pemula. Selanjutnya, perbedaan generasional juga menjadi faktor yang signifikan dalam paradigma pemilih pemula. Generasi muda memiliki perhatian dan prioritas yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Selain itu, Isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, keadilan sosial, dan inovasi teknologi menjadi isu-isu penting bagi mereka. Oleh karena itu, partai politik perlu memahami dan menangkap pergeseran nilai-nilai ini serta menghadirkan platform yang relevan dengan aspirasi dan kekhawatiran pemilih pemula. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat komunikasi dua arah antara partai politik dan pemilih pemula, dengan mendengarkan dengan seksama aspirasi mereka, serta mengadakan dialog dan diskusi yang konstruktif tentang isu-isu yang penting bagi mereka. Olehnya karena itu melacak jejak pemilih pemula terhadap partai politik menjelang Pemilihan Umum 2024, penting bagi kita untuk memahami dan mengungkap fenomena masalah yang dihadapi oleh mereka. Dengan demikian, partai politik dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk beradaptasi dengan perubahan paradigma dan memperkuat hubungan dengan pemilih pemula, sehingga menciptakan perubahan politik yang lebih inklusif dan dinamis dalam Pemilihan Umum mendatang.

Pada dasarnya, pemilihan umum sering disebut sebagai pesta demokrasi yang dilakukan sebagai bentuk perwujudan rakyat baik pemilihan legislatif maupun eksekutif. Sebagai warga negara yang baik harus dapat terlibat dalam pemilihan tersebut. dalam pemilihan umum memiliki sifat Langsung, Umum, Bebas, Jujur Dan Adil. sebagaimana yang diatur dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan. Pemilihan Umum ini dapat dilaksanakan oleh orang yang sudah berusia 17 tahun keatas atau yang sudah menikah, seperti halnya yang akan dilakukan oleh para pemilih pemula yang berada di SMA Negeri 1 Telaga. Sebagai pemilih pemula tentunya masih memiliki pengetahuan yang sangat minim terhadap pemilihan umum tersebut.

Berkenaan dengan Melacak Jejak: Orientasi Pemula Terhadap Partai Politik Menuju Pemilihan Umum 2024 Yunita & Stanislaus, (2014) dalam riset penelitian menemukan masalah yang dilihat dari tiga aspek diantaranya; (1) Dari segi kognitif. Para pemilih pemula seringkali menghadapi keterbatasan pengetahuan politik yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam memahami proses pemilihan dan isu-isu yang relevan. Informasi yang mereka dapatkan cenderung terbatas dan terpengaruh oleh media sosial. Keterbatasan ini dapat membuat mereka merasa bingung dan ragu-ragu dalam memilih. Mereka mungkin masih memiliki banyak pertanyaan dan kebingungan terkait dengan pemilihan tersebut. (2) Aspek afektif. Orientasi aspek ini, para pemilih pemula cenderung lebih mudah terpengaruh oleh opini dan keyakinan orang-orang terdekat mereka. Hal ini dapat mengaburkan kemampuan mereka untuk secara independen dan kritis mengevaluasi kandidat dan isu-isu politik. (3) Aspek evaluatif. Dalam aspek ini seringkali pemilih pemula menghadapi kesulitan dalam menilai dan mempertimbangkan kandidat serta platform politik yang ditawarkan. Kurangnya pengalaman dalam mengikuti pemilihan sebelumnya juga dapat membuat mereka merasa kesulitan dalam menilai kinerja dan kompetensi para kandidat. Sebagai hasilnya, keputusan mereka dalam memilih mungkin tidak didasarkan pada evaluasi yang mendalam dan rasional.

Berkenaan dengan hasil temuan di atas, temuan yang sama juga dilakukan Mahmud, Kamuli, dan Wantu (2022) mengindikasikan bahwa banyak pemilih pemula cenderung mengikuti panduan orang tua mereka daripada mengembangkan preferensi politik mereka sendiri. Hal ini mencerminkan pengaruh yang signifikan dari orang tua dalam proses pembentukan sikap politik anak-anak mereka. Dengan demikian, kita dapat menginterpretasikan bahwa sebetulnya Pemilih pemula sering kali mencari arahan dan panduan dalam menghadapi pemilihan, terutama jika mereka memiliki keterbatasan pengetahuan dan pengalaman politik. Mereka mungkin merasa lebih nyaman dan percaya pada pandangan orang tua mereka yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas. Oleh karena itu, mereka cenderung mengikuti preferensi politik orang tua sebagai acuan dalam memilih calon dan partai politik.

Pengaruh orang tua dalam keputusan politik anak-anak mereka dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, ikatan emosional dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua dapat membentuk pandangan politik anak-anak mereka. Kedua, pengaruh orang tua dapat berasal dari kepercayaan politik yang diteruskan secara turun-temurun dalam keluarga. Ketiga, kepercayaan pada penilaian dan pengalaman orang tua dapat membuat pemilih pemula lebih cenderung mengandalkan pandangan mereka. Namun, penting juga untuk diakui bahwa tidak semua pemilih pemula mengikuti panduan orang tua mereka secara mentah-mentah. Beberapa pemilih pemula juga dapat memiliki preferensi politik yang berbeda dari orang tua mereka. Mereka mungkin melihat isu-isu politik dengan sudut pandang yang berbeda atau mengembangkan pemahaman politik yang independen.

Untuk mengatasi kecenderungan ini, pendidikan politik yang inklusif dan berimbang sangat penting. Pendidikan politik harus mendorong pemilih pemula untuk mengembangkan pemahaman yang kritis dan independen tentang isu-isu politik. Mereka perlu didorong untuk mempertimbangkan berbagai perspektif dan pendapat sebelum membuat keputusan politik mereka sendiri. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih pemula dalam proses politik. Mereka harus didorong untuk aktif terlibat dalam debat politik, mendengarkan berbagai sudut pandang, dan mencari informasi dari sumber yang beragam. Dengan cara ini, mereka dapat memperluas pengetahuan politik mereka dan mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang informan dan berdasarkan pemikiran kritis. Pihak-pihak terkait, termasuk partai politik, lembaga pendidikan, dan keluarga, juga memiliki peran penting dalam membantu pemilih pemula mengembangkan preferensi politik mereka sendiri. Mereka dapat memberikan informasi yang objektif, mendorong diskusi terbuka, dan memberikan ruang bagi pemilih pemula untuk mengemukakan pendapat mereka sendiri. Dengan demikian, pemilih pemula akan lebih mampu membuat keputusan politik yang didasarkan pada pemikiran dan evaluasi pribadi.

Daftar Pustaka:

Dzulfaroh, A.N, (2022)."Pemilu 2024 Didominasi Pemilih Muda, Apakah Peta Politik Akan Berubah.https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/27/143000565/pemilu-2024-didominasi-pemilih-muda-apakah-peta-politik-akan-berubah-?page=all.

Mahmud, R., Kamuli, S., & Wantu, A. (2022). Sosialisasi:“Santri Bertanya Pemilu Menjawab “Bagi Santri Di Pondok Pesantren Alkhairaat Kota Gorontalo. Amma: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(08), 1009-1014.

Yunita, R. P., & Stanislaus, S. (2014). Orientasi Politik Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014. Journal Of Social And Industrial Psychology, 3(1).


No comments: