Wednesday 18 May 2022

Anak Muda dan Politik Masa Kini

 

Santi R. Hulinggi
Studi S1 PPKn UNG

Dalam konteks sejarah sosial dan politik di Indonesia, anak muda mampu menempatkan diri dalam perjuangan bangsa. Hal tersebut dapat disaksikan pada konteks para tokoh-tokoh revolusi bangsa seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, ataupun Tan Malaka yang telah memulai karir perpolitikannya sejak usia muda. 

Bahkan pada tahun 1928 tercetuslah ide-ide kebangsaan yang digawangi oleh para pemuda yang berasal dari berbagai daerah di hampir seluruh pelosok nusantara melalui Sumpah Pemuda. Tak ayal bahwa pemuda menjadi salah satu akar dalam ranah perpolitikan bangsa bahkan hingga saat ini dimana mereka memiliki andil yang besar sebagai generasi penerus bangsa.

Tidak hanya sekali namun terulang dalam beberapa kali peristiwa sejarah kebangsaan dimana para pemuda menjadi aktor-aktor penting di dalamnya. Setidaknya terdapat 3 peristiwa penting paska Sumpah Pemuda 1928 dimana para pemuda turut andil yakni pada Proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945 dan dua kali pada masa pergantian rezim di tahun 1965 dan 1998. Dalam peristiwa tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa mereka para kaum muda menjadi salah satu motor gerakan yang masif dalam melakukan sebuah perubahan sosial.

Para pemuda memiliki andil dalam setiap lahirnya sebuah era di Indonesia. Layaknya sebuah siklus dimana kaum muda menjadi agen-agen perubahan politik bagi bangsanya. Pemuda bukan hanya sekedar permasalahan status biologis tapi juga terdapat aspek-aspek sosial yang melekat di dalamnya. Hal tersebut berusaha ditekankan oleh Mannheim bahwasanya konteks usia pada pemuda bukanlah sesuatu yang harus dianggap dominan.

Oleh sebab itu pemuda tidak kemudian hanya dilihat dari segi usia semata. Terlebih lagi karena aspek-aspek tersebut pula pemuda kerap disisihkan karena dianggap tidak memiliki pengalaman atau andil di dalam kehidupan bermasyarakat. Namun sejarah masih merekam bahwasanya mereka yang berada dalam usia muda justru menjadi salah satu motor pergerakan nasional.

Pada masa paska reformasi dimana era keterbukaan dan partisipasi publik lebih “bebas”, pola dinamika politik tidak hanya dilakukan di pusaran partai politik namun juga pada tataran institusi pendidikan. Hal tersebut dapat kita lihat dari pola dan dinamika politik kaum muda yang saling bersaing melalui organisasi kemahasiswaan atau gerakan di dalamnya (terutama pada tataran perguruan tinggi). 

Tidak hanya sebagai di dalam gerakan organisasi kemahasiswaan, tidak jarang dari mereka yang turut andil langsung dalam partai politik. Walaupun demikian tentunya mereka juga merupakan generasi yang sesuai dengan zamannya dimana konsumsi dan teknologi mejadi salah satu bagian yang tidak lepas dalam kehidupannya, termasuk di partai politik.

Meskipun banyak terdapat potret buram di dalam dunia perpolitikan Indonesia, namun rupanya partai politik tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi para anak muda. Tentunya menjadi sebuah kesempatan sekaligus peluang bagi para anak muda tersebut untuk masuk dan mengaktualisasikan diri di dalam partai politik. 

Sebagaimana diketahui dalam era demokrasi seperti saat ini, partai politik menjadi salah. Bergabungnya para anak-anak muda pada partai politik tentunya menjadi sebuah harapan terkait partisipasi langsung mereka dalam dunia politik. Partai politik juga tentunya mendapatkan suntikan tenaga baru yang masih segar sebagai bagian dari proses regenerasi di tubuh partai. Maka tak heran proses demoratisasi yang selama ini kerap dianggap stagnan karena kurang memunculkan generasi muda, perlahan mulai bermunculan kaum muda yang tergabung dalam partai, termasuk di Kota Gorontalo.

Sebagai Kesimpulan Anak muda masih menjadi salah satu harapan bukan hanya di partai politik namun juga dalam kehidupan dan keberlangsungan masyarakat. Tentunya diperlukan proses pembelajaran serta pengalaman bagi mereka kaum muda untuk dapat tetap meningkatkan kualitasnya selama berada di partai politik. Meskipun minim kegiatan pembelajaran pendidikan politik di partai, hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap bertahan dan berjuang di ranah partai.

Pun ditambah lagi dengan masih adanya dikotomi senioritas di tubuh partai yang semakin menyudutkan anak-anak muda tersebut dalam meningkatkan karir politik mereka. Kehidupan perpolitikan yang dilalui oleh anak muda memang penuh dinamika. Selain mesti berkumpul dengan keluarga dan temantemannya, para anak muda di partai politik juga masih berkecimpung dan aktif di partai politik. Sebuah keputusan yang pada akhirnya membuat mereka memiliki ranah berbeda-beda dalam kehidupan mereka

No comments: