Siti rahmiati alim Studi S1 PPK UNG |
Memang hanya kisah
sebuah boneka, sesuai judul aslinya ”Storia di un Burattino” di negeri Italia.
Buku itu pertama terbit di sana tahun 1883, dan sampai sekarang diterjemahkan
lebih dari 90 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, sehingga anak-anak kenal benar
karakternya. Tanyakan kepada anak-anak, apa yang mereka ketahui tentang
Pinokio? Pasti sebagian besar menjawab, ”Suka berbohong. Kalau berbohong
hidungnya tambah panjang!” Begitulah karakter universal Pinokio: pemalas,
naif, kadang tampak bodoh, ingkar janji pada Geppeto, sering melarikan diri,
menjulurkan lidah, dan menertawakan Geppeto. Siapa Geppeto? Ia adalah tukang
kayu yang membuat boneka Pinokio. Pada akhir cerita, Pinokio berubah menjadi
anak yang baik dan sayang kepada Geppeto.
Dalam politik di
negara kita, Pinokio mudah dijumpai. Banyak politikus tidak segan berbohong,
atau menuduh lawan politik atau malah koleganya berbohong. Yang berbeda dari
Pinokio, politikus kita ketika berbohong hidungnya tidak bertambah panjang.
Karena itu, nanti kalau Nazaruddin sudah di Jakarta, rakyat menebak: siapakah
yang bakal jadi ”Pinokio”? Ada beberapa nama berpeluang. Nama yang disebut
Nazaruddin saat wawancara via Skype, Kamis (21/7) malam misalnya, antara lain
Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat), Angelina Sondakh (anggota DPR/
FPD), Andi Alifian Mallarangeng (politikus PD yang jadi menteri), I Wayan
Koster (anggota DPR/ FPDIP) dan beberapa dari KPK. Nazaruddin pun bisa menjadi
”Pinokio”.
Nazaruddin menuduh
Anas melakukan praktik money politics saat pemilihan ketua umum Demokrat. Anas
membantahnya dan menganggap Nazaruddin berhalunisasi. Kemudian Angie dan Koster
disebutnya menerima uang miliaran rupiah. ”Ini ada flashdisk-nya, siapa yang
menerima, uangnya dari mana. Semua tercatat, di sini,” begitu kata Nazar dalam
wawancara itu. Andi juga dikaitkan dengan kasus wisma atlet SEA Games di
Palembang.
Karakter Machiavellian
Apa yang muncul itu
membuat rakyat bingung, siapa yang berbohong? Mana mungkin seorang Anas atau
Angelina bisa berbohong? Jangan-jangan Nazaruddin yang justru menebar
kebohongan. Namun apapun alasan keraguan itu, jika ditelisik lebih jauh maka
bakal ketahuan bahwa kebohongan itu mungkin saja bisa mereka lakukan. Seorang
Anas, seorang Angelina, adalah makhluk politik yang tidak luput dari berbohong.
Kebohongan hal biasa dalam berpolitik. Inilah karakter politikus machiavellian.
Machiavelli menyatakan
tak ada kejahatan dalam politik, yang ada hanya kesalahan kecil. Bahkan ia
menyarankan menetapkan tujuan dengan segala cara karena semua dianggap halal.
Maka, jangan bicara soal kejujuran dalam politik, meski William Shakespeare
menyatakan, ”Jujurlah pada diri sendiri, lakukan dengan setia, bagai malam
berganti siang, maka engkau mustahil berbohong kepada orang lain”. Kalimat ini
merupakan nasihat Polonius kepada putranya, Laertes, dalam bagian dari drama
Hamlet.
1 comment:
Good👏
Post a Comment