Rio Robot Studi S1-Administrasi Publik Universitas Bina Taruna Gorontalo |
Studi
yang sempat dipublikasikan oleh jurnal beberapa media dan tabloid menunjukkan
bahwa pembaca yang mengakui, tidak selalu benar dan bersedia berubah pikiran
jika terbukti salah ditemukan menjalani kepemimpinan dengan bijak serta efektif
sesuai dengan berbagai tanggapan atas hal tersebut.
Sebaliknya, pemimpin
organisasi yang selalu merasa benar justru menunjukkan sikap negatif selama
menjalani tugas menjadi ketua di sebuah tim kerja organisasi.
Hasil responden dan
tanggapan ini pun dikuatkan oleh pendapat lain yang ditayangkan oleh hasil
survei secara langsung yang menyatakan bahwa jumlah adanya permasalahan terkait
organisasi sangat rendah pada organisasi yang dipimpin oleh seorang profesional
yang rendah hati dan tidak sombong.
Selain itu Andy juga
menjelaskan, dengan pemimpin yang rendah hati menghasilkan kepuasan para
anggota organisasi dan publik akan memaksimalkan tugas yang tinggi, performa
kegiatan kelembagaan akan menguat, dan solidaritas para anggota organisasi yang
tinggi.
“Pemimpin yang arogan
terlalu bodoh untuk mengakui kesalahan mereka. Artinya, mereka merasa apa yang
mereka lakukan selalu benar. Kenyataannya, mereka tidak tahu bahwa apa yang
mereka tahu itu sedikit dan tidak penting,”
Mudah marah, kasar, dan arogan dalam bersikap
merupakan tanda-tanda seseorang yang tidak kompeten dalam memimpin sebuah tim
kerja.
Setidaknya begitulah hasil studi yang
dipublikasikan oleh Washington Post berdasarkan pernyataan
dari seorang psikolog bernama Ashley Merryman.
Merryman menuliskan bahwa pemimpin yang rendah
hati lebih efektif dan produktif dalam bekerja.
Dia menambahkan bahwa sikap arogan dan kasar
tidak menjadi kriteria psikologis yang ideal untuk menjadi seorang pemimpin.
Studi yang sempat dipublikasikan oleh jurnal Personality
and Individual Differences menunjukkan bahwa responden yang mengakui,
tidak selalu benar dan bersedia berubah pikiran jika terbukti salah ditemukan
menjalani kepemimpinan dengan bijak serta efektif.
Sebaliknya, pemimpin yang selalu merasa benar
justru menunjukkan sikap negatif selama menjalani tugas menjadi ketua di sebuah
tim kerja.
Studi yang melibatkan 155 partisipan ini
meminta mereka untuk membaca 40 daftar pernyataan.
Kemudian, partisipan diminta untuk
mengidentifikasikan pernyataan tersebut yang hadir dalam 60 kalimat.
Ternyata, partisipan yang rendah hati lebih
cerdas dan cepat dalam menemukan 40 pernyataan dalam sejumlah kalimat.
Namun, partisipan yang arogan bersikeras bahwa
hasil mereka yang salah itu adalah jawaban paling benar.
Hasil studi ini pun dikuatkan oleh studi lain
yang ditayangkan oleh Journal of Management yang menyatakan
bahwa jumlah karyawan yang keluar masuk sangat rendah pada perusahaan yang
dipimpin oleh seorang profesional yang rendah hati dan tidak sombong.
Selain itu, perusahaan dengan pemimpin yang
rendah hati menghasilkan kepuasan karyawan bekerja yang tinggi, performa bisnis
menguat, dan solidaritas karyawan yang tinggi.
“Pemimpin yang arogan terlalu bodoh untuk
mengakui kesalahan mereka. Ini dinamakan Duning-Krueger Effect. Artinya, mereka
merasa apa yang merek lakukan selalu benar. Kenyataannya, mereka tidak tahu
bahwa apa yang mereka tahu itu sedikit dan tidak penting,” urai Jessia Collet,
seorang asisten profesor dari University of Notre Dame
Kepemimpinan Arogan
Arogan didefinisikan sebagai sebuah perasaan yang menjadikan
seseorang merasa paling hebat (superior) dibanding orang lain. Sifat ini
dimanifestasikan ke dalam tindakan yang angkuh, congkak, pongah dan suka
memaksakan kehendak.
pemimpin atau leader yang tidak berhasil dalam menerapkan
nilai-nilai positif di dalam kepemimpinannya dan cenderung memprioritaskan
kepentingan pribadinya daripada kepentingan bersama. Gaji tinggi, jabatan oke,
perusahaan yang bonafit, rekan-rekan kerja yang ramah dan baik, lingkungan
Tidak bersikap adil. Tidak bijaksana. Tidak bersikap
secara profesional. Masih mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan
Bersama
1. Selalu memaksakan
kehendaknya.
2. Tidak bisa
menerima saran dan kritik dari orang lain.
3. Selalu merasa
dirinya benar.
4. Tidak memiliki
perilaku yang baik dan menyalahkan orang lain.
5. Tidak bertanggung
jawab.
Sumber Bacaan : Utaminingsih, A. (2014). Perilaku Organisasi: Kajian Teoritik & Empirik Terhadap Budaya
Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Kepercayaan dan Komitmen. Universitas Brawijaya Press.
No comments:
Post a Comment