Friday 29 April 2022

AROGANSI SEORANG PEMIMPIN ORGANISASI ADALAH SUATU PERTANDA TIDAK KOMPETEN DAN TIDAK LAYAK

Rio Robot
Studi S1-Administrasi Publik Universitas Bina Taruna Gorontalo

Studi yang sempat dipublikasikan oleh jurnal beberapa media dan tabloid menunjukkan bahwa pembaca yang mengakui, tidak selalu benar dan bersedia berubah pikiran jika terbukti salah ditemukan menjalani kepemimpinan dengan bijak serta efektif sesuai dengan berbagai tanggapan atas hal tersebut.

Sebaliknya, pemimpin organisasi yang selalu merasa benar justru menunjukkan sikap negatif selama menjalani tugas menjadi ketua di sebuah tim kerja organisasi.

Hasil responden dan tanggapan ini pun dikuatkan oleh pendapat lain yang ditayangkan oleh hasil survei secara langsung yang menyatakan bahwa jumlah adanya permasalahan terkait organisasi sangat rendah pada organisasi yang dipimpin oleh seorang profesional yang rendah hati dan tidak sombong.

Selain itu Andy juga menjelaskan, dengan pemimpin yang rendah hati menghasilkan kepuasan para anggota organisasi dan publik akan memaksimalkan tugas yang tinggi, performa kegiatan kelembagaan akan menguat, dan solidaritas para anggota organisasi yang tinggi.

“Pemimpin yang arogan terlalu bodoh untuk mengakui kesalahan mereka. Artinya, mereka merasa apa yang mereka lakukan selalu benar. Kenyataannya, mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka tahu itu sedikit dan tidak penting,”

Mudah marah, kasar, dan arogan dalam bersikap merupakan tanda-tanda seseorang yang tidak kompeten dalam memimpin sebuah tim kerja.

Setidaknya begitulah hasil studi yang dipublikasikan oleh Washington Post berdasarkan pernyataan dari seorang psikolog bernama Ashley Merryman.

Merryman menuliskan bahwa pemimpin yang rendah hati lebih efektif dan produktif dalam bekerja.

Dia menambahkan bahwa sikap arogan dan kasar tidak menjadi kriteria psikologis yang ideal untuk menjadi seorang pemimpin.

Studi yang sempat dipublikasikan oleh jurnal Personality and Individual Differences menunjukkan bahwa responden yang mengakui, tidak selalu benar dan bersedia berubah pikiran jika terbukti salah ditemukan menjalani kepemimpinan dengan bijak serta efektif.

Sebaliknya, pemimpin yang selalu merasa benar justru menunjukkan sikap negatif selama menjalani tugas menjadi ketua di sebuah tim kerja.

Studi yang melibatkan 155 partisipan ini meminta mereka untuk membaca 40 daftar pernyataan.

Kemudian, partisipan diminta untuk mengidentifikasikan pernyataan tersebut yang hadir dalam 60 kalimat.

Ternyata, partisipan yang rendah hati lebih cerdas dan cepat dalam menemukan 40 pernyataan dalam sejumlah kalimat.

Namun, partisipan yang arogan bersikeras bahwa hasil mereka yang salah itu adalah jawaban paling benar.

Hasil studi ini pun dikuatkan oleh studi lain yang ditayangkan oleh Journal of Management yang menyatakan bahwa jumlah karyawan yang keluar masuk sangat rendah pada perusahaan yang dipimpin oleh seorang profesional yang rendah hati dan tidak sombong.

Selain itu, perusahaan dengan pemimpin yang rendah hati menghasilkan kepuasan karyawan bekerja yang tinggi, performa bisnis menguat, dan solidaritas karyawan yang tinggi.

“Pemimpin yang arogan terlalu bodoh untuk mengakui kesalahan mereka. Ini dinamakan Duning-Krueger Effect. Artinya, mereka merasa apa yang merek lakukan selalu benar. Kenyataannya, mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka tahu itu sedikit dan tidak penting,” urai Jessia Collet, seorang asisten profesor dari University of Notre Dame

Kepemimpinan Arogan

Arogan didefinisikan sebagai sebuah perasaan yang menjadikan seseorang merasa paling hebat (superior) dibanding orang lain. Sifat ini dimanifestasikan ke dalam tindakan yang angkuh, congkak, pongah dan suka memaksakan kehendak.

 

pemimpin atau leader yang tidak berhasil dalam menerapkan nilai-nilai positif di dalam kepemimpinannya dan cenderung memprioritaskan kepentingan pribadinya daripada kepentingan bersama. Gaji tinggi, jabatan oke, perusahaan yang bonafit, rekan-rekan kerja yang ramah dan baik, lingkungan

Tidak bersikap adil. Tidak bijaksana. Tidak bersikap secara profesional. Masih mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan Bersama

1. Selalu memaksakan kehendaknya.

2. Tidak bisa menerima saran dan kritik dari orang lain.

3. Selalu merasa dirinya benar.

4. Tidak memiliki perilaku yang baik dan menyalahkan orang lain.

5. Tidak bertanggung jawab.

 

Sumber Bacaan : Utaminingsih, A. (2014). Perilaku Organisasi: Kajian Teoritik & Empirik Terhadap Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Kepercayaan dan Komitmen. Universitas Brawijaya Press.

 

No comments: